Selamat Datang

Terima kasih Anda telah berkenan berkunjung. Blog ini dibuat untuk mendukung proses pembelajaran berwawasan global, tetapi dengan tanpa melupakan pengetahuan lokal, diperuntukkan terutama bagi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, tetapi terbuka untuk diakses oleh siapa saja. Tampilan blog ini telah disederhanakan untuk membantu mempermudah akses bagi Anda yang kesulitan memperoleh koneksi Internet cepat. Silahkan menyampaikan komentar pada bagian bawah setiap tayangan.

Ujian Semester

Ujian semester ganjil 2013/2014 dari dosen I W. Mudita akan dilaksanakan pada Senin, 4 November2013 secara online setelah usai jam kuliah (kuliah tetap berlangsung sebagaimana biasa). Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan ujian dan soal ujian dapat diperoleh dari bagian Tatacara Ujian dan Penilaian pada halaman Smt. Ganjil 2013/2014. Materi ujian mencakup materi bahan ajar dan seluruh tulisan dalam blog ini yang berkaitan dengan materi bahan ajar yang telah disampaikan. Soal ujian sudah dapat diunduh mulai dari sekarang.

Silahkan unduh dan periksa Nilai Akhir Semester Ganjil 2013/2014.

Rabu, 30 Oktober 2013

Musuh Alami Golongan Pemakan Gulma: Organisme Apa Saja?

Print Friendly and PDF
Gulma merupakan tumbuhan berbunga sehingga pengendalian gulma dengan menggunakan musuh alami pada dasarnya berlangsung dengan mekanisme yang sama dengan kerusakan yang ditimbulkan oleh berbagai kategori OPT terhadap tanaman. Oleh karena gulma merupakan tumbuhan berbunga dan mekanisme pengendaliannya dengan menggunakan musuh alami sama dengan mekanisme perusakan tanaman oleh OPT maka penggunaan musuh alami untuk mengendalikan gulma perlu dilakukan secara sangat hati-hati. Dalam hal ini, musuh alami gulma harus merupakan spesies organisme yang sangat selektif terhadap inang, yaitu hanya merusakkan spesies gulma tertentu dan tidak merusakkan spesies tumbuhan lain, lebih-lebih tanaman. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pengembangan musuh alami sebagai agen hayati untuk mengendalikan gulma menjadi jauh lebih rumit daripada untuk mengendalikan OPT golongan lain.

Sebagian besar gulma yang berhasil dikendalikan dengan pengendalian hayati merupakan spesies introduksi. Hanya empat spesies tumbuhan lokal yang berhasil dikendalikan dengan pengendalian hayati, yaitu Opuntia dillenii (Cactaceae) di pulau Nevis di the India Barat, O. littoralis dan O. oricola di pulau Santa Cruz di California bagian Selatan, dan O. triacantha di Kepulauan Antigua, Monserrat dan Nevis di India Barat. Keempat spesies gulma tersebut merupakan kaktus berduri (subgenus Platyopuntia). Pengendalian hayati kaktus yang sangat berhasil merupakan pengendalian hayati terhadap spesies kaktus introduksi di berbagai negara dengan menggunakan agen hayati Cactoblastis cactorum Berg (Lepidoptera: Pyralidae).

Ordo serangga dengan spesies yang paling banyak digunakan adalah berturut-turut dari yang paling banyak: Coleoptera (69 spesies), Lepidoptera (60 spesies), Diptera (20 spesies), dan Hemiptera, sedangkan selebihnya dengan jumlah spesies yang sedikit adalah Orthroptera, Thysanoptera and Hymenoptera. Dari seluruh spesies Coleoptera, Lepidoptera, Diptera, dan Hemiptera yang digunakan, berturut-turut 65%, 55%, 70% dan 66% berhasil menjadi mapan dan berturut-turut 29%, 20%, 19% dan 44% berhasil mengendalikan gulma secara efektif. Sepuluh famili serangga yang spesiesnya paling banyak dilepaskan sebagai agen pengendali hayati gulma adalah Chrysomelidae, Curculionidae, Pyralidae, Dactylopiidae, Tingidae, Tephritidae, Cerambycidae, Noctuidae, Apionidae, Agromyzidae, Gelechiidae, dan Tortricidae.

Di antara spesies fitopatogen yang telah digunakan untuk mengendalikan gulma, dua di antaranya diintroduksi secara tidak sengaja sedangkan dua spesies lainnya, keduanya fungi karat, menjadi contoh penggunaan ftopatogen yang berhasil untuk pengendalian gulma. Puccinia chondrillina menunjukkan spesifitas inang yang tinggi dalam mengendalikan rush skeletonweed di Australia. Phragmidium violaceum yang diintroduksi ke Cili dari Jerman berhasil mengendalikan weedy blackberries, Rubus constrictus dan R. ulmifolius (Rosaceae). Cercosporella sp. yang diintroduksi ke Hawaii dari Mexico berhasil mengendalikan Hamakua pamakani dan Aegeratina riparia (Asteraceae). Collectotrichum gloeosporioides f.sp. aeschynomene, yang dijual dengan nama perdagangan Collego, berhasil digunakan untuk mengendalikan Aeschynomene virginica pada pertanaman padi di Arkansas. Phytophthora citrophthora yang dijual dengan nama perdagangan Devine digunakan untuk mengendalikan milkweed vine, Morrenia odorate pada pertanaman jeruk di Florida.

Spesies tungau yang berhasil digunakan untuk mengendalikan gulma adalah Tetranychus opuntiae untuk mengendalikan kaktus berduri di Australia dan Eriophyes chondrillae. Nematoda yang berhasil digunakan untuk mengendalikan gulma adalah Paranguina picridis yang diintroduksi untuk mengendalikan Russian knapweed, Centaurea repens (Asteraceae) di Canada. Nematoda lain yang sedang dicobakan untuk mengendalikan gulma adalah Nothanguina phyllobia untuk mengendalikan silverleaf nightshade, Solanum elaeagnifolium (Solanaceae) di Texas, Australia, dan Afrika Selatan. Ikan dan duyung merupakan vertebrata yang digunakan dalam pengendalian hayati gulma, tetapi memberikan hasil yang kurang meyakinkan. Genus ikan yang menunjukkan potensi yang cukup baik adalah Tilapia and Sarotherodon dan yang memberikan hasil yang kurang konsisten adalah Ctenopharyngodon idella (Pisces: Cyprinidae),

Sampai sejauh ini, pengendalian hayati gulma terutama telah dilakukan terhadap spesies gulma penting di negara-negara maju. Pengendalian hayati terhadap spesies gulma penting di negara-negara berkembang pada umumnya belum mendapat perhatian, kecuali bila gulma yang bersangkutan juga merupakan gulma penting di negara-negara maju. Mungkin yang merupakan perkecualian dalam hal ini adalah Chromolaena odorata, yang bukan merupakan gulma penting di negara-negara maju tetapi mendapat perhatian dalam pengembangan pengendalian hayati. Namun dalam hal ini, pengembangan pengendalian gulma ini tidak terlepas dari ancaman yang ditimbulkannya terhadap padang penggembalaan di Australia dan di negara-negara maju kawasan tropik lainnya. Pengendalian hayati gulma ini dilakukan dengan menggunakan agen hayati: Actinote thalia pyrrha (Fabr.) dan Actinote anteas (Doubleday & Hewitson) (Lepidoptera: Nymphalidae), Acalitus adoratus Keifer (Acari: Eriophyidae), Cecidochares connexa Macquart (Diptera: Tephritidae), Calycomyza eupatorivora Spencer (Diptera: Agromyzidae), Pareuchaetes pseudoinsulata Rego Barros (Lepidoptera: Arctiidae), dan Pareuchaetes insulata (Walker) (Lepidoptera: Arctiidae)
Gulma lain yang penting di negara-negara berkembang dan mendapatkan perhatian pengembangan pengendalian hayati di negara-negara maju adalah Lantana camara. Berbagai spesies agen hayati pernah dicoba untuk mengendalikan Lantana camara, di antaranya: Octotoma scabripennis Guérin-Méneville (Coleoptera: Chrysomelidae), Ophiomyia lantanae (Froggatt) (Diptera: Agromyzidae), Teleonemia scrupulosa Stål. (Hemiptera: Tingidae), dan Uroplata girardi Pic (Coleoptera: Chrysomelidae). Lantana camara juga dikendalikan dengan menggunakan agen hayati golongan jamur Ceratobasidium lantanae-camaraeProspodium tuberculatum, dan Puccinia lantanae. Di Timor Barat gulma ini pernah merupakan gulma yang sangat dominan, tetapi kini telah digantikan oleh Chromolaena odorata. Kepik Teleonemia scrupulosa ditemukan sebagai satu di antara musuh alami di wilayah tersebut, tetapi menurunnya dominansi gulma ini diduga juga terjadi karena kalah bersaing dengan C. odorata.

Spesies gulma penting di negara-negara berkembang pada umumnya belum mendapat perhatian dalam pengembangan pengendalian hayati, meskipun diketahui mempunyai potensi pengembangan. Spesies gulma penting Asia Tenggara yang mempunyai prospek dan perlu diprioritaskan untuk pengembangan pengendalian hayati adalah:
  1. Ageratum conyzoides
  2. Amaranthus spinosus
  3. Bidens pilosa
  4. Commelina benghalensis
  5. Echinochloa crus-galli
  6. Eichhornia crassipes
  7. Eleusine indica
  8. Euphorbia heterophylla
  9. Euphorbia hirta
  10. Fimbristylis miliacea
  11. Marsilea minuta
  12. Melastoma malabathricum
  13. Mikania micrantha
  14. Mimosa invisa
  15. Mimosa pigra
  16. Mimosa pudica
  17. Monochoria vaginalis
  18. Nephrolepis biserrata
  19. Panicurn repens
  20. Paspalum conjugatum
  21. Passiflora foetida
  22. Penniseturn polystachion
  23. Pistia stratiotes
  24. Portulaca oleracea
  25. Rottboellia cochinchinensis
  26. Sphenoclea zeylanica
Silahkan baca buku Weed Biological Control: Prospects for Southeast Asia untuk mengetahui berbagai kategori dan spesies musuh alami yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen hayati gulma tersebut di atas.

Tautan Luar:



2 komentar:

  1. malam pak....saya kesulitan dalam mengakses bahan ajar...saya mengambil bahan ajar dari teman untuk kulia online nya pak...yang saya bingung di sini..bagaimana dengan mengendalikan vektor yang membawa penyakit...apa perlu menggunakan agen hayati???????

    BalasHapus
  2. Hi, I like your post really I have read first-time Thanks for sharing keep up the good work.

    Take care of chickens in this way in poultry farming

    BalasHapus