Selamat Datang

Terima kasih Anda telah berkenan berkunjung. Blog ini dibuat untuk mendukung proses pembelajaran berwawasan global, tetapi dengan tanpa melupakan pengetahuan lokal, diperuntukkan terutama bagi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, tetapi terbuka untuk diakses oleh siapa saja. Tampilan blog ini telah disederhanakan untuk membantu mempermudah akses bagi Anda yang kesulitan memperoleh koneksi Internet cepat. Silahkan menyampaikan komentar pada bagian bawah setiap tayangan.

Ujian Semester

Ujian semester ganjil 2013/2014 dari dosen I W. Mudita akan dilaksanakan pada Senin, 4 November2013 secara online setelah usai jam kuliah (kuliah tetap berlangsung sebagaimana biasa). Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan ujian dan soal ujian dapat diperoleh dari bagian Tatacara Ujian dan Penilaian pada halaman Smt. Ganjil 2013/2014. Materi ujian mencakup materi bahan ajar dan seluruh tulisan dalam blog ini yang berkaitan dengan materi bahan ajar yang telah disampaikan. Soal ujian sudah dapat diunduh mulai dari sekarang.

Silahkan unduh dan periksa Nilai Akhir Semester Ganjil 2013/2014.

Minggu, 28 Oktober 2012

Pemakan Gulma: Contoh Kasus Pengendalian Hayati Chromolaena odorata

Print Friendly and PDF
Pemakan gulma terdiri atas berbagai mahluk hidup herbivor (pemakan tumbuhan), baik dari golongan binatang maupun dari golongan jamur dan mokroorganisme lainnya. Kata dasar 'makan' dalam kata pemakan berarti lebih daripada pengertian makan dalam bahasa sehari-hari, melainkan memperoleh energi dengan menggunakan gulma sebagai sumber. Dengan demikian, kata pemakan berati organisme yang benar-benar mekakan gulma sebagaimana halnya ternak memakan rumput dan organisme lain yang memperoleh energi dari gulma dengan cara lain seperti misalnya mikroorganisme patogenik menimbulkan penyakit pada tumbuhan. Karena sebagaimana halnya tanaman merupakan golongan tertentu tumbuhan maka pemakan gulma sebenarnya adalah OPT gulma (binatang hama dan patogen gulma).


Mengingat pemakan gulma pada dasarnya merupakan OPT gulma maka pemilihan jenis pemakan gulma menjadi jauh lebih sulit dari pemilihan jenis predator maupun parasitoid. Bukan tidak mungkin, pemakan gulma dapat berpindah menjadi pemakan tanaman sehingga alih-alih bermanfaat, yang terjadi justeru kerugian. Oleh karena itu, pemilihan organisme pemakan gulma dilakukan secara sangat hati-hati, meliputi pengujian kemungkinannya untuk bisa menjadi pemakan tanaman. Dalam pengujian ini digunakan berbagai jensi tanaman yang berkerabat dekat sebagai inang. Bila calon pemakan gulma ternyata dapat hidup pada jenis tanaman yang berkerabat dekat dengan calon gulma sasaran maka calon pemakan gulma tersebut dengan sendirinya dibatalkan.

Banyak jenis organisme dapat menjadi calon pemakan gulma dan banyak jenis gulma dapat menjadi calon sasaran pengendalian. Namun pengendalian gulma dengan menggunakan pemakan gulma biasanya difokuskan pada jenis-jenis gulma introduksi atau jenis-jenis gulma yang merupakan kategori jenis tumbuhan asing. Hal ini karena gulma dalam kategori ini pada umumnya tidak merupakan gulma di tempat asalnya karena di tempat asalnya tersebut terdapat berbagai jenis organisme lain yang berperan sebagai pemakannya. Di tempat yang baru, organisme pemakan gulma ini tidak ada sehingga tumbuhan yang di tempat asalnya bukan merupakan gulma dapat berkembang menjadi gulma. Dengan begitu, bila organisme pemakan tumbuhan di tempat asal gulma didatangkan maka organisme tersebut diharapkan dapat berperan sebagai pemakan gulma yang efektif.

Untuk memahami bagaimana hal ini dilakukan, mari kita pelajari pelaksanaan pengendalian gulma Chromolaena odorata dengan menggunakan pemakan gulma. Gulma ini berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan Tropik. Ketika gulma ini menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk ke Indonesia, dan lebih khusus lagi ke wilayah Provinsi NTT, organisme pemakannya tidak turut terbawa. Dengan begitu, Chromolaena odorata tumbuh dan berkembang tanpa ada yang menghalangi sehingga memungkinkannya dengan cepat menjadi gulma yang mendominasi. Di wilayah Provinsi NTT, Chromolaena odorata menjadi gulma dominan pada padang rumput dan pada lahan perladangan yang sedang diberakan (diistirahatkan). Di luar NTT, tumbuhan ini menjadi gulma penting pada areal perkebunan terutama ketika tanaman belum dewasa.

Pengendalian Chromolaena odorata dengan menggunakan pemakan gulma dipilih mengingat gulma ini merupakan gulma introduksi. Di tempat asalnya terlebih dahulu diuji beberapa spesies calon pemakan gulma. Calon pemakan gulma yang lolos uji tersebut kemudian diintroduksi ke negara-negara tempat sebaran Chromolaena odorata. Calon pemakan gulma yang pertama kali lolos untuk disebarkan di Indonesia adalah ngengat Pareuchaetes pseudoinsulata Rego Barros (Lepidoptera: Arctiidae). Kemudian menyusul ngengat Actinote anteas (Doubleday & Hewitson) (Lepidoptera: Nymphalidae) dan lalat puru
Cecidochares connexa Macquart (Diptera: Tephritidae). Ngengat Pareuchaetes pseudoinsulata dan lalat puru Cecidochares connexa dilaporkan berhasil mengendalikan Chromolaena di berbagai negara lain dan di Indonesia dilaporkan berhasil di Sumatera. Tetapi kedua jenis pemakan gulma ini tidak berhasil mengendalikan Chromolaena odorata di wilayah Provinsi NTT.

Imago ngengat P. pseudoinsulata merupakan serangga nokturnal berwarna cerah, terbang lambat, yang hidup selama kurang lebih 1 minggu. Ngengat betina meletakkan telur dalam kelompok pada permukaan bawah daun. Larva muda hidup mengelompok, bersama-sama makan helai daun dengan meninggalkan hanya tulang daun. Larva dewasa hidup menyendiri, memakan daun bahkan sampai ke tulang daun, meninggalkan hanya tulang daun utama. Larva muda tetap berada pada daun, sedangkan larva dewasa turun ke permukaan tanah pada siang hari. Di beberapa negara ngengat ini dilaporkan berhasil, tetapi di wilayah provinsi bahkan tidak berhasil menjadi mapan. Kegagalan untuk menjadi mapan diduga terjadi karena ketidaksesuaian iklim, pemilihan lokasi pelepasan yang kurang tepat, pelepasan dalam jumlah yang kurang banyak, dan pelepasan individu berpenyakit.

Larva P. pesudiinsulata dewasa
Larva P. pesudiinsulata memupa
Imago P. pesudiinsulata
Ngengat  A. anteas. dilaporkan pernah dilepaskan di Sumatera dan Jawa, tetapi tidak pernah di wilayah Provinsi NTT. Pemakan gulma lain yang pernah dilepaskan di wilayah Provinsi NTT adalah lala puru C. connexa. Di laboratorium, lalat dewasa hidup selama kurang dari dua minggu. Lalat betina memasukkan telurnya ke dalam jaringan pucuk C. odorata, biasanya dapat ditemukan dua telur pada setiap pucuk. Puru mulai tampak sekitar dua minggu kemudian. Puru kemudian menjadi mengayu, berukuran panjang 2-3 cm dan lebar 0,8-1,5 cm. Setiap puru biasanya berisi 2-4 larva dalam ruang yang terpisah. Sebelum memupa, larva membuat lubang dengan meninggalkan hanya kulit epidermis puru (lubang ini disebut 'jendela'). Daur hidup lalat puru berlangsung selama kurang lebih 60 hari. Lalat puru ini berhasil mapan dan menyebar dengan cepat. Pada awalnya, keberhasilan mapan dan menyebar lalat puru ini seakan memberikan harapan terhadap pengendalian C. odorata dengan menggunakan pemakan gulma. Namun kemudian ternyata bahwa populasi lalat puru ini sedemikian rendah pada awal musim hujan ketika C. odorata tumbuh dan berkembang dengan cepat. Selain itu, kemudian juga terbukti bahwa individu C. odorata yang mempunyai banyak puru ternyata menghasilkan cabang lebih banyak sehingga pada akhirnya menghasilkan biji juga dalam jumlah lebih banyak daripada individu C. odorata yang kurang berpuru.

Imago C. connexa sedang kawin
Puru pada pucuk Chromolaena odorata
Larva C. connexa di dalam puru
Introduksi dua jenis pemakan gulma Chromolaena odorata ternyata tidak berhasil mengendalikan gulma ini di wilayah Provinsi NTT. Ngengat P. pseudoinsulata bahkan tidak berhasil mapan. Lalat puru C. connexa berhasil mapan dan menyebar luas, tetapi tidak mampu menghambat pertumbuhan dan mengurangi produksi biji C. odorata. Alhasil, C. odorata tetap menjadi gulma yang mendominasi kawasan padang rumput dan kawasan lahan perladangan yang sedang diberakan.

Pranala Luar:
Pengendalian Hayati Chromolaena odorata di ARC-LNR.

12 komentar:

  1. banyak jenis organisme dapat menjadi calon pemakan gulma dan banyak jenis gulma dapat menjadi calon sasaran pengendalian. Namun pengendalian gulma dengan menggunakan pemakan gulma biasanya difokuskan pada jenis-jenis gulma introduksi atau jenis-jenis gulma yang merupakan kategori jenis tumbuhan asing. tumbuhan tersebut adalah Chromolaena odorata.
    Pengendalian Chromolaena odorata dengan menggunakan pemakan gulma dipilih mengingat gulma ini merupakan gulma introduksi.

    BalasHapus
  2. Pemakan gulma pada dasarnya merupakan OPT gulma, sehingga dikategorikan sebagai pemakan gulma maka harus melakukan pengujian ini digunakan berbagai jensi tanaman yang berkerabat dekat sebagai inang. Bila calon pemakan gulma ternyata dapat hidup pada jenis tanaman yang berkerabat dekat dengan calon gulma sasaran maka calon pemakan gulma tersebut dengan sendirinya dibatalkan. Banyak jenis organisme dapat menjadi calon pemakan gulma dan banyak jenis gulma dapat menjadi calon sasaran pengendalian. Namun pengendalian gulma dengan menggunakan pemakan gulma biasanya difokuskan pada jenis-jenis gulma introduksi atau jenis-jenis gulma yang merupakan kategori jenis tumbuhan asing. Kegagalan untuk menjadi mapan diduga terjadi karena ketidaksesuaian iklim, pemilihan lokasi pelepasan yang kurang tepat, pelepasan dalam jumlah yang kurang banyak, dan pelepasan individu berpenyakit.

    BalasHapus
  3. jenis organisme Chromolaena odorata dapat menjadi calon pemakan gulma dan banyak jenis gulma dapat menjadi calon sasaran pengendalian. Namun pengendalian gulma dengan menggunakan pemakan gulma biasanya difokuskan pada jenis-jenis gulma introduksi atau jenis-jenis gulma yang merupakan kategori jenis tumbuhan asing.tumbuhan ini adalah Chromolaena odorata gulma dalam kategori ini pada umumnya merupakan jenis organisme yang berperan sebagai pemakannya.organisme tersebut diharapkan dapat berperan sebagai pemakan gulma yang efektif.

    BalasHapus
  4. Pengertian dari pengendalian gulma (control) harus dibedakan dengan pemberantasan (eradication). Pengendalian gulma (weed control) dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien. Pengendalian hayati pada gulma adalah suatu cara pengendalian dengan menggunakan musuh-musuh alami baik hama (insekta), penyakit (patogen), jamur dan sebagainya guna menekan pertumbuhan gulma.misalnya: pemakan gulma yang pertama kali lolos untuk disebarkan di Indonesia adalah ngengat Pareuchaetes pseudoinsulata Rego Barros (Lepidoptera: Arctiidae). Kemudian menyusul ngengat Actinote anteas (Doubleday & Hewitson) (Lepidoptera: Nymphalidae) dan lalat puru
    Cecidochares connexa Macquart (Diptera: Tephritidae). Ngengat Pareuchaetes pseudoinsulata dan lalat puru Cecidochares connexa .

    BalasHapus
  5. Penggunaan pemakan gulma sebagai agen pengendali hayati maka pemilihan jenis, habitat, musim pun harus di perhatikan karena pemakan gulma dapat beralih menjadi pemakan tanaman sehingga alih-alih bermanfaat, yang terjadi menyebabkan kerugian serta penggunaan pemakan gulma dan perlu diperhatikan bahwa penggunaan agen hayati belum tentu dapat mengendalikan OPT (gulma)

    BalasHapus
  6. Penggunaan musuh alami dalam melakukan pengendalian terhadap gulma yang harus diperhatikan adalah harus dilihat dari kesesuaian iklim,pelepasan musuh alami yang tepat,pelepasan harus disesuaikan dengan keadaan gulma,dan harus diperhatikan pula apakah musuh alami yang di gunakan sehat atau tidak.

    BalasHapus
  7. Pemakan Gulma: Contoh Kasus Pengendalian Hayati Chromolaena odorata
    Saat sekarang ini banyak jenis organism yang dapat menjadi calon pemakan gulma dan banyak jenis gulma dapat menjadi calon sasaran pengendalian.. mengingat pemakan gulma pada dasarnya merupakan OPT gulma maka pemilihan jenis pemakan gulma menjadi jauh lebih sulit dari pemilihan jenis predator maupun parasitoid. bukan tidak mungkin, pemakan gulma dapat berpindah menjadi pemakan tanaman sehingga alih-alih bermanfaat,. Dan mengakibatkan kerugian Oleh karena itu, pemilihan organisme pemakan gulma dilakukan secara sangat hati-hati, meliputi pengujian kemungkinannya untuk bisa menjadi pemakan tanaman.

    BalasHapus
  8. ada organisme yang bisa menjadi pemakan gulma yang dikategorikan sebagai pengendali hayati,namun dalam kasus pengendalian payati Chromolaena odorata diatas perlu diperhatikan yang diman tigak menimbulkan kerugian yang pad aawal perencanaannya sebagai pemanfaatan yang berkala sebagai pengendali bhayati

    BalasHapus
  9. Mengingat pemakan gulma pada dasarnya merupakan OPT gulma maka pemilihan jenis pemakan gulma menjadi jauh lebih sulit dari pemilihan jenis predator maupun parasitoid. bukan tidak mungkin, pemakan gulma dapat berpindah menjadi pemakan tanaman sehingga alih-alih bermanfaat.

    BalasHapus
  10. Pemakan gulma pada dasarnya merupakan OPT gulma, sehingga dikategorikan sebagai pemakan gulma maka harus melakukan pengujian ini digunakan berbagai jensi tanaman yang berkerabat dekat sebagai inang. pengendalian gulma dengan menggunakan pemakan gulma biasanya difokuskan pada jenis-jenis gulma introduksi atau jenis-jenis gulma yang merupakan kategori jenis tumbuhan asing.

    BalasHapus
  11. dalam pemilihan organisme pemakan gulma perlunya kehati-hatian dan organisme yang terpilih harusnya betul-betul teruji bahwa organisme tersebut memang betul memakan gulma yang akan dikendalikan.....serta perlu adanya persiapan secara bertahap di mana menjaga kemungkinan adanya ketidakmampuan egen hayati untuk mengendalikan gulma seeperti contoh kasus yang ada sekarang ( kirinyu ) agen hayati yang telah di datangkan tetap belum mampu menghambat perkembangannya..

    BalasHapus
  12. selamat malam, saya mau nanya untuk pengendalian gulma chromolaena odorata pada areal pertanaman bisa dilakukan dengan cara apa aja?

    BalasHapus