
Mengingat pemakan gulma pada dasarnya merupakan OPT gulma maka pemilihan jenis pemakan gulma menjadi jauh lebih sulit dari pemilihan jenis predator maupun parasitoid. Bukan tidak mungkin, pemakan gulma dapat berpindah menjadi pemakan tanaman sehingga alih-alih bermanfaat, yang terjadi justeru kerugian. Oleh karena itu, pemilihan organisme pemakan gulma dilakukan secara sangat hati-hati, meliputi pengujian kemungkinannya untuk bisa menjadi pemakan tanaman. Dalam pengujian ini digunakan berbagai jensi tanaman yang berkerabat dekat sebagai inang. Bila calon pemakan gulma ternyata dapat hidup pada jenis tanaman yang berkerabat dekat dengan calon gulma sasaran maka calon pemakan gulma tersebut dengan sendirinya dibatalkan.
Banyak jenis organisme dapat menjadi calon pemakan gulma dan banyak jenis gulma dapat menjadi calon sasaran pengendalian. Namun pengendalian gulma dengan menggunakan pemakan gulma biasanya difokuskan pada jenis-jenis gulma introduksi atau jenis-jenis gulma yang merupakan kategori jenis tumbuhan asing. Hal ini karena gulma dalam kategori ini pada umumnya tidak merupakan gulma di tempat asalnya karena di tempat asalnya tersebut terdapat berbagai jenis organisme lain yang berperan sebagai pemakannya. Di tempat yang baru, organisme pemakan gulma ini tidak ada sehingga tumbuhan yang di tempat asalnya bukan merupakan gulma dapat berkembang menjadi gulma. Dengan begitu, bila organisme pemakan tumbuhan di tempat asal gulma didatangkan maka organisme tersebut diharapkan dapat berperan sebagai pemakan gulma yang efektif.
Untuk memahami bagaimana hal ini dilakukan, mari kita pelajari pelaksanaan pengendalian gulma Chromolaena odorata dengan menggunakan pemakan gulma. Gulma ini berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan Tropik. Ketika gulma ini menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk ke Indonesia, dan lebih khusus lagi ke wilayah Provinsi NTT, organisme pemakannya tidak turut terbawa. Dengan begitu, Chromolaena odorata tumbuh dan berkembang tanpa ada yang menghalangi sehingga memungkinkannya dengan cepat menjadi gulma yang mendominasi. Di wilayah Provinsi NTT, Chromolaena odorata menjadi gulma dominan pada padang rumput dan pada lahan perladangan yang sedang diberakan (diistirahatkan). Di luar NTT, tumbuhan ini menjadi gulma penting pada areal perkebunan terutama ketika tanaman belum dewasa.
Pengendalian Chromolaena odorata dengan menggunakan pemakan gulma dipilih mengingat gulma ini merupakan gulma introduksi. Di tempat asalnya terlebih dahulu diuji beberapa spesies calon pemakan gulma. Calon pemakan gulma yang lolos uji tersebut kemudian diintroduksi ke negara-negara tempat sebaran Chromolaena odorata. Calon pemakan gulma yang pertama kali lolos untuk disebarkan di Indonesia adalah ngengat Pareuchaetes pseudoinsulata Rego Barros (Lepidoptera: Arctiidae). Kemudian menyusul ngengat Actinote anteas (Doubleday & Hewitson) (Lepidoptera: Nymphalidae) dan lalat puru
Cecidochares connexa Macquart (Diptera: Tephritidae). Ngengat Pareuchaetes pseudoinsulata dan lalat puru Cecidochares connexa dilaporkan berhasil mengendalikan Chromolaena di berbagai negara lain dan di Indonesia dilaporkan berhasil di Sumatera. Tetapi kedua jenis pemakan gulma ini tidak berhasil mengendalikan Chromolaena odorata di wilayah Provinsi NTT.
Imago ngengat P. pseudoinsulata merupakan serangga nokturnal berwarna cerah, terbang lambat, yang hidup selama kurang lebih 1 minggu. Ngengat betina meletakkan telur dalam kelompok pada permukaan bawah daun. Larva muda hidup mengelompok, bersama-sama makan helai daun dengan meninggalkan hanya tulang daun. Larva dewasa hidup menyendiri, memakan daun bahkan sampai ke tulang daun, meninggalkan hanya tulang daun utama. Larva muda tetap berada pada daun, sedangkan larva dewasa turun ke permukaan tanah pada siang hari. Di beberapa negara ngengat ini dilaporkan berhasil, tetapi di wilayah provinsi bahkan tidak berhasil menjadi mapan. Kegagalan untuk menjadi mapan diduga terjadi karena ketidaksesuaian iklim, pemilihan lokasi pelepasan yang kurang tepat, pelepasan dalam jumlah yang kurang banyak, dan pelepasan individu berpenyakit.
|
|
|
|
|
|
Pranala Luar:
Pengendalian Hayati Chromolaena odorata di ARC-LNR.
banyak jenis organisme dapat menjadi calon pemakan gulma dan banyak jenis gulma dapat menjadi calon sasaran pengendalian. Namun pengendalian gulma dengan menggunakan pemakan gulma biasanya difokuskan pada jenis-jenis gulma introduksi atau jenis-jenis gulma yang merupakan kategori jenis tumbuhan asing. tumbuhan tersebut adalah Chromolaena odorata.
BalasHapusPengendalian Chromolaena odorata dengan menggunakan pemakan gulma dipilih mengingat gulma ini merupakan gulma introduksi.
Pemakan gulma pada dasarnya merupakan OPT gulma, sehingga dikategorikan sebagai pemakan gulma maka harus melakukan pengujian ini digunakan berbagai jensi tanaman yang berkerabat dekat sebagai inang. Bila calon pemakan gulma ternyata dapat hidup pada jenis tanaman yang berkerabat dekat dengan calon gulma sasaran maka calon pemakan gulma tersebut dengan sendirinya dibatalkan. Banyak jenis organisme dapat menjadi calon pemakan gulma dan banyak jenis gulma dapat menjadi calon sasaran pengendalian. Namun pengendalian gulma dengan menggunakan pemakan gulma biasanya difokuskan pada jenis-jenis gulma introduksi atau jenis-jenis gulma yang merupakan kategori jenis tumbuhan asing. Kegagalan untuk menjadi mapan diduga terjadi karena ketidaksesuaian iklim, pemilihan lokasi pelepasan yang kurang tepat, pelepasan dalam jumlah yang kurang banyak, dan pelepasan individu berpenyakit.
BalasHapusjenis organisme Chromolaena odorata dapat menjadi calon pemakan gulma dan banyak jenis gulma dapat menjadi calon sasaran pengendalian. Namun pengendalian gulma dengan menggunakan pemakan gulma biasanya difokuskan pada jenis-jenis gulma introduksi atau jenis-jenis gulma yang merupakan kategori jenis tumbuhan asing.tumbuhan ini adalah Chromolaena odorata gulma dalam kategori ini pada umumnya merupakan jenis organisme yang berperan sebagai pemakannya.organisme tersebut diharapkan dapat berperan sebagai pemakan gulma yang efektif.
BalasHapusPengertian dari pengendalian gulma (control) harus dibedakan dengan pemberantasan (eradication). Pengendalian gulma (weed control) dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien. Pengendalian hayati pada gulma adalah suatu cara pengendalian dengan menggunakan musuh-musuh alami baik hama (insekta), penyakit (patogen), jamur dan sebagainya guna menekan pertumbuhan gulma.misalnya: pemakan gulma yang pertama kali lolos untuk disebarkan di Indonesia adalah ngengat Pareuchaetes pseudoinsulata Rego Barros (Lepidoptera: Arctiidae). Kemudian menyusul ngengat Actinote anteas (Doubleday & Hewitson) (Lepidoptera: Nymphalidae) dan lalat puru
BalasHapusCecidochares connexa Macquart (Diptera: Tephritidae). Ngengat Pareuchaetes pseudoinsulata dan lalat puru Cecidochares connexa .
Penggunaan pemakan gulma sebagai agen pengendali hayati maka pemilihan jenis, habitat, musim pun harus di perhatikan karena pemakan gulma dapat beralih menjadi pemakan tanaman sehingga alih-alih bermanfaat, yang terjadi menyebabkan kerugian serta penggunaan pemakan gulma dan perlu diperhatikan bahwa penggunaan agen hayati belum tentu dapat mengendalikan OPT (gulma)
BalasHapusPenggunaan musuh alami dalam melakukan pengendalian terhadap gulma yang harus diperhatikan adalah harus dilihat dari kesesuaian iklim,pelepasan musuh alami yang tepat,pelepasan harus disesuaikan dengan keadaan gulma,dan harus diperhatikan pula apakah musuh alami yang di gunakan sehat atau tidak.
BalasHapusPemakan Gulma: Contoh Kasus Pengendalian Hayati Chromolaena odorata
BalasHapusSaat sekarang ini banyak jenis organism yang dapat menjadi calon pemakan gulma dan banyak jenis gulma dapat menjadi calon sasaran pengendalian.. mengingat pemakan gulma pada dasarnya merupakan OPT gulma maka pemilihan jenis pemakan gulma menjadi jauh lebih sulit dari pemilihan jenis predator maupun parasitoid. bukan tidak mungkin, pemakan gulma dapat berpindah menjadi pemakan tanaman sehingga alih-alih bermanfaat,. Dan mengakibatkan kerugian Oleh karena itu, pemilihan organisme pemakan gulma dilakukan secara sangat hati-hati, meliputi pengujian kemungkinannya untuk bisa menjadi pemakan tanaman.
ada organisme yang bisa menjadi pemakan gulma yang dikategorikan sebagai pengendali hayati,namun dalam kasus pengendalian payati Chromolaena odorata diatas perlu diperhatikan yang diman tigak menimbulkan kerugian yang pad aawal perencanaannya sebagai pemanfaatan yang berkala sebagai pengendali bhayati
BalasHapusMengingat pemakan gulma pada dasarnya merupakan OPT gulma maka pemilihan jenis pemakan gulma menjadi jauh lebih sulit dari pemilihan jenis predator maupun parasitoid. bukan tidak mungkin, pemakan gulma dapat berpindah menjadi pemakan tanaman sehingga alih-alih bermanfaat.
BalasHapusPemakan gulma pada dasarnya merupakan OPT gulma, sehingga dikategorikan sebagai pemakan gulma maka harus melakukan pengujian ini digunakan berbagai jensi tanaman yang berkerabat dekat sebagai inang. pengendalian gulma dengan menggunakan pemakan gulma biasanya difokuskan pada jenis-jenis gulma introduksi atau jenis-jenis gulma yang merupakan kategori jenis tumbuhan asing.
BalasHapusdalam pemilihan organisme pemakan gulma perlunya kehati-hatian dan organisme yang terpilih harusnya betul-betul teruji bahwa organisme tersebut memang betul memakan gulma yang akan dikendalikan.....serta perlu adanya persiapan secara bertahap di mana menjaga kemungkinan adanya ketidakmampuan egen hayati untuk mengendalikan gulma seeperti contoh kasus yang ada sekarang ( kirinyu ) agen hayati yang telah di datangkan tetap belum mampu menghambat perkembangannya..
BalasHapusselamat malam, saya mau nanya untuk pengendalian gulma chromolaena odorata pada areal pertanaman bisa dilakukan dengan cara apa aja?
BalasHapus