Selamat Datang

Terima kasih Anda telah berkenan berkunjung. Blog ini dibuat untuk mendukung proses pembelajaran berwawasan global, tetapi dengan tanpa melupakan pengetahuan lokal, diperuntukkan terutama bagi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, tetapi terbuka untuk diakses oleh siapa saja. Tampilan blog ini telah disederhanakan untuk membantu mempermudah akses bagi Anda yang kesulitan memperoleh koneksi Internet cepat. Silahkan menyampaikan komentar pada bagian bawah setiap tayangan.

Ujian Semester

Ujian semester ganjil 2013/2014 dari dosen I W. Mudita akan dilaksanakan pada Senin, 4 November2013 secara online setelah usai jam kuliah (kuliah tetap berlangsung sebagaimana biasa). Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan ujian dan soal ujian dapat diperoleh dari bagian Tatacara Ujian dan Penilaian pada halaman Smt. Ganjil 2013/2014. Materi ujian mencakup materi bahan ajar dan seluruh tulisan dalam blog ini yang berkaitan dengan materi bahan ajar yang telah disampaikan. Soal ujian sudah dapat diunduh mulai dari sekarang.

Silahkan unduh dan periksa Nilai Akhir Semester Ganjil 2013/2014.

Jumat, 30 September 2011

Pengendalian Hayati: Apakah Selalu Ramah Lingkungan?

Print Friendly and PDF Selama ini kita pada umumnya menganggap bahwa pengendalian hayati merupakan cara perlindungan tanaman yang ramah lingkungan. Artinya, penggunaan cara hayati untuk mengendalikan hama, petogen, atau gulma (yang dalam perundang-undangan di Indonesia diberi istilah Organisme Pengganggu Tumbuhan atau OPT) tidak akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif dalam hal ini dapat berarti mencemari lingkungan, yaitu menambahkan sesuatu yang bukan merupakan bagian alami dari suatu ekosistem, atau merusak lingkungan, yaitu menghilangkan sesuatu yang merupakan bagian alami dari suatu ekosistem. Apakah memang benar-benar demikian atau bagaimana?


Untuk pengendalian kumbang tebu, Bureau of Sugar Experiment Stations mengintroduksi kodok raksasa Bufo marinus dari Hawaii pada Juni 1935. Pertama kali kodok raksasa ini dilepas di sekitar Cairns, Gordonvale dan Innisfail di Queensland bagian Utara. Berikutnya kumbang raksasa diintroduksi dan dilepas kembali di sekitar Ingham, Ayr, Mackay and Bundaberg. Sejak dilepas, kodok raksasa ini berkembang dan menyebar dengan cepat. Akan tetapi, karena ukuran badannya yang besar, kodok ini tidak mampu mengendalikan kumbang tebu yang menggerek batang tebu pada ketinggian yang tidak dapat dijangkau oleh sang kodok. Karena diintroduksi untuk mengendalikan kumbang tebu, kodok raksasa ini kemudian dikenal dengan nama cane toad (kodok tebu).


Alih-alih mengendalikan kumbang tebu, kodok ini kemudian memakan serangga dan binatang lain, termasuk anak ayam dan bahkan anak kucing. Lebih berbahaya lagi, kodok ini beracun sehingga mematikan satwa liar maupun hewan ternak yang memakannya. Kodok ini telah mencapai batas New South Wales pada 1978 dan batas Northern Territory in 1984. Karena harus melintasi jarak yang jauh, kodok yang bergerak ke arah Barat mengalami evolusi menjadi memiliki kaki yang lebih besar dan kuat. Setiap tahun kodok ini diperkirakan mampu bermigrasi sejah 40 km. Kodok raksasa ini bahkan diduga telah masuk ke Timor Leste tanpa disengaja dengan menyelinap pada kendaraan militer ketika militer Australia masuk ke sana pada 1999. Tetapi kemudian hal ini dibantah, dan sekali lagi dibantah, bahwa kodok raksasa yang ditemukan di Timor Leste bukanlah kodok yang berasal dari Australia, tetapi kodok asli Asia!!!

Dampak negatig yang ditimbulkan oleh kodok raksasa ini belum dapat ditentukan secara rinci. Kodok raksasa ini memakan berbagai jenis binatang lain yang lebih kecil sehingga menyebabkan penurunan populasi Northern Quoll (Dasyurus hallucatus), goanna dan ular. Populasi Varanus panoptes tutun sebesar 90% pada habitat yang telah diinvasi oleh kodok ini. Namun menurut hasil penilaian dampak lingkungan di Kakadu National Park, damoak lingkungan lebih penting yang ditimbulkan kodok ini keracunan yang ditimbulkan terhadapsatwa liar dan ternak yang memakannya. Pada 2010, sekuel yang lebih panjang diproduksi kembali dengan judul

Kegagalan pengendalian hayati kumbang tebu dengan menggunakan kodok raksasa ini dan dampak negatif yang kemudian ditimbulkannya terhadap lingkungan telah menjadi bahan olok-olok banyak pihak. Pada kuliah-kuliah Ilmu Lingkungan di berbagai universitas sering dipertontokan film Cane Toads: An Unnatural History (Kodok Tebu: Sejarah yang Tidak Alami) yang diproduksi pada 1988 dengan lagu tema "Warts 'n' All" yang dinyayikan oleh Don Spencer Cane Toads: The Conquest (Kodok Tebu: Penjajahan). Kini "cane toad" digunakan sebagai julukan bagi penduduk Quenslands, khususnya bagi tim and pendukung  State of Origin rugby league. Sifat invasif kodok ini telah menjadi inspirasi bagi episode "Bart vs. Australia" dari film kartun The Simpsons. Dalam video game Ty the Tasmanian Tiger 2: Bush Rescue, kodok raksasa tampil sebagai musuh.

Pengendalian hayati dengan menggunakan agen hayati yang dikemas sebagai bioinsektisida juga bisa membahayakan lingkungan hidup. Tayangan mengenai hal ini akan menyusul. Tetapi dibandingkan misalnya dengan dengan pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berspektrum lebar, pengendalian hayati memang relatif lebih aman. Hal yang perlu mendapat perhatian bagi kita semua adalah pengendalian cara apapun yang kita pilih, kita harus memilih dengan sangat hati-hati, termasuk juga pengendalian hayati.